Pengalaman Pahit di SPBU Makassar: Uang Receh, Masalah Besar?
Sore itu, terik matahari Makassar begitu menyengat. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, saya berhenti di sebuah SPBU di kota Makassar untuk mengisi bahan bakar kendaraan. Saya sudah siap dengan uang tunai yang saya kira cukup, sebagian besar berupa uang koin pecahan 100 dan 200 rupiah. Saya pikir, jumlahnya sudah cukup untuk membayar bensin yang saya isi.
Namun, betapa terkejutnya saya ketika petugas SPBU menolak pembayaran saya hanya karena uang yang saya gunakan sebagian besar adalah uang koin. Dengan nada yang kurang ramah, petugas tersebut mengatakan bahwa SPBU mereka tidak menerima pembayaran dengan uang koin. Alasannya, menurut petugas tersebut, uang koin tersebut merepotkan dan sulit dihitung.
Saya merasa sangat kecewa dan jengkel. Saya sudah merasa lelah setelah perjalanan jauh, dan kejadian ini menambah rasa frustasi saya. Saya dipaksa untuk mencari uang kertas lain, sementara antrian kendaraan di belakang saya semakin panjang. Situasi ini membuat saya merasa malu dan tidak nyaman.
Pengalaman ini mengingatkan saya pada ungkapan, "Jangan remehkan uang recehan." Memang benar, banyak warung atau toko kecil yang menolak uang koin pecahan kecil seperti 100 dan 200 rupiah. Mereka menganggapnya tidak praktis dan merepotkan. Namun, minimarket seperti Indomaret dan Alfamart masih menerimanya. Kejadian ini membuktikan bahwa persepsi tentang nilai uang koin kecil ini sangat bervariasi.
Kejadian di SPBU Makassar ini mengajarkan saya beberapa hal. Pertama, pentingnya selalu menyiapkan uang kertas sebagai alat pembayaran, terutama di tempat-tempat yang mungkin menolak uang koin. Kedua, persepsi tentang nilai uang bisa sangat berbeda-beda, tergantung situasi dan tempat. Ketiga, meskipun uang koin seringkali diremehkan, namun tetap memiliki nilai tukar yang sah dan seharusnya diterima sebagai alat pembayaran.
Semoga pengalaman saya ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih menghargai nilai uang, sekecil apapun nominalnya, dan bagi para pelaku usaha untuk lebih bijak dalam menerima alat pembayaran. Jangan sampai, seperti saya, kita mengalami pengalaman pahit hanya karena uang koin.
Komentar
Posting Komentar